Budaya  

Sisi Sejarah Minangkabau, ‘Menerima Waris, Mendengar Tutur’ | Part 1

WARTA PENDIDIKAN – Masyarakat Minangkabau zaman dahulu, disebut bangsa Melayu Minangkabau. Bahasanya serupa dengan bahasa Melayu Riau, hanya dialeknya saja yang berlainan. Bangsa Melayu sejak dahulunya, tidak memiliki alfabet. Sebelum Islam masuk, orang Minang tidak mengenal huruf, apalagi tulis baca.

Oleh nenek moyang orang Minangkabau, segala sesuatu yang berupa sejarah atau undang-undang sosial, serta silsilah adat, diteruskan dengan cara menceritakannya kepada generasi penerus. Dan bagi seorang ninik mamak, menceritakan itu menjadi salah satu kewajiban kepada anak kemenakan, agar sejarah dan segala aturan sosial yang ada dapat diserap oleh mereka. Dan bagi generasi muda Minang, manjawek waris, mandanga tutua itu, adalah cara untuk tetap memahami peradatan di Minangkabau.

Segala penyampaian oleh ninik mamak dalam tatanan sosial masyarakat Minang, serta-merta bukan sekadar didengar saja, namun juga menjadi aturan yang harus dijalankan dalam keseharian. Mana yang bersetuju dengan keadaan, segala waris adat tersebut, dipakaikan sebagai norma yang mesti berlaku di tengah masyarakat.

Setelah agama Islam masuk ke Ranah Minang, masyarakat setempat mulai mempelajari baca tulis. Huruf yang dipahami ketika itu berasal dari bahasa Arab. Sehingga kemudian, jamak diketahui, orang Minangkabau menganggap bahwa huruf Arab adalah huruf Melayu, dan menamakannya Arab-Melayu.

Setelah pemahaman dan pengenalan tulis baca dalam lingkup orang Minangkabau melalui huruf Arab-Melayu itu, maka ditulislah sejarah Minangkabau menggunakan huruf Arab itu sendiri, yang kemudian menjadi buku untuk dipusakai waris-waris di kemudian hari. Disusun dalam untaian petatah petitih, ragam papatah yang enak dibaca dan dalam makna.

Seperti diungkapkan,

Kato papatah caro Minang

Patitih Luhak nan Tigo

Nan turun dari Perpatih nan Sabatang

Mannjadi kato pusako

 

Nan dikatokan kato pusako

Yaitu kato undang-undang

Dek banyak tak namuah lupo

Jadi pedoman pagi patang

Demikianlah asal usulnya. Maka teramat penting jadinya, tahap pewarisan budaya dan adat istiadat di Minangkabau dipahami melalui proses menceritakan sejarah yang tertuang dalam ‘tambo’ Minang.

Baca Juga:  Warga Diminta Waspada Penipuan Berkedok Media KPK

Penulis: Nova Indra Tuanku Mudo